Pada tanggal 29 Juni dilaksanakan acara bantengan oleh warga desa Srimulyo yang dibantu juga oleh Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Brawijaya di Desa Srimulyo, Kabupaten Malang, acara ini tidak sekadar sebuah pertunjukan folkloristik, tetapi merupakan perwujudan dari keberanian dan kekompakan. Dengan tarian dan musik yang khas, serta kostum-kostum berwarna mencolok, para pemain bantengan mempersembahkan sebuah pertunjukan yang memukau dan menginspirasi.

Namun, di balik gemerlapnya panggung, bantengan menyimpan nilai-nilai kebersamaan yang erat. Setiap langkah dan gerakan para penari tidak hanya merefleksikan keterampilan artistik, tetapi juga membangun jalinan sosial yang kuat di antara komunitas mereka. Ini adalah bukti nyata bahwa tradisi-tradisi seperti bantengan tidak hanya hidup sebagai peninggalan budaya, tetapi juga sebagai medium untuk memperkuat persatuan dan kebersamaan.

 Bantengan adalah tradisi unik dari Jawa Timur, Indonesia, di mana seekor lembu atau sapi yang digembalakan oleh sekelompok pemuda dipasangi tanduk palsu. Tanduk ini dihias dengan warna-warni cerah dan motif tradisional. Lembu ini kemudian dipacu berlari dengan keras, dikelilingi oleh penonton yang antusias. Acara ini merupakan bagian dari upacara adat atau festival, seringkali diadakan untuk merayakan atau menghormati leluhur atau dewa-dewa lokal. Bantengan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan budaya yang dalam bagi masyarakat setempat.

 Bantengan merupakan warisan budaya yang penting bagi masyarakat Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Dilestarikannya bantengan memiliki beberapa alasan yang signifikan:

1.  Pelestarian Budaya Lokal: Bantengan adalah bagian dari warisan budaya Jawa Timur yang kaya. Dengan mempertahankan tradisi ini, kita dapat menjaga keberlanjutan dan kelestarian identitas budaya lokal.

2. Menghormati Tradisi Leluhur: Bantengan sering kali terkait dengan upacara adat yang menghormati leluhur atau dewa-dewa lokal. Dengan mempertahankan bantengan, kita juga mempertahankan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan leluhur yang diyakini oleh masyarakat setempat.

3. Menjaga Keterhubungan Sosial: Bantengan tidak hanya sebagai pertunjukan, tetapi juga sebagai ajang untuk memperkuat ikatan sosial di antara masyarakat setempat. Dengan menjaga tradisi ini, kita mendukung keberlanjutan komunitas dan rasa solidaritas di dalamnya.

4. Pengembangan Pariwisata Budaya: Bantengan dapat menjadi daya tarik pariwisata budaya yang signifikan. Dengan mengembangkan dan mempromosikan tradisi ini, kita dapat meningkatkan potensi ekonomi lokal melalui pariwisata budaya yang berkelanjutan.

5. Penyimpanan Pengetahuan Tradisional: Dalam bantengan terdapat berbagai pengetahuan tradisional seperti pengolahan tanduk, seni hias, dan cara merawat lembu. Dengan melestarikan bantengan, kita juga melestarikan pengetahuan dan keterampilan tradisional yang berharga.

 Dengan mengakui nilai-nilai ini, melestarikan bantengan bukan hanya tentang mempertahankan sebuah tradisi, tetapi juga tentang memelihara identitas budaya yang kaya dan berharga bagi generasi mendatang.

Kami kelompok 26 KKN FBD Jantra Desa Srimulyo dengan bangga mempersembahkan recap video dari bantengan yang telah diselenggarakan.